Pegandon - Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal (DKK) menggelar Tes Darah Jari Penyakit Filaria sekaligus survei pada warga Desa Karangmulyo Kecamatan Pegandon di gedung balai desa Karangmulyo ,Sabtu (25/11)malam. Pemeriksaan ini melibatkan petugas dari Puskesmas Kecamatan Pegandon,dan petugas kesehatan dari Propinsi Jawa Tengah.
Pemeriksaan sekaligus sebagai survei untuk mengetahui penyebaran penyakit filaria / kaki gajah.Sudargo Kepala desa Karangmulyo ” Dikarangmulyo ini ada 3 pasien yang menderika penyakit kaki gajah,kegiatan ini untuk mencegah penyebaran penyakit kaki gajah/filariasis.”ungkapnya.
Asmui yang merupakan petugas kesehatan dari Propinsi Jawa Tengah yang ikut hadir dalm kegiatan tersebut mengatakan Filariasis adalah sejumlah infeksi yang disebabkan oleh cacing filaria. Penyakit ini dapat menyerang hewan maupun manusia. Parasit filaria memiliki ratusan jenis, tapi hanya delapan spesies yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
“Pengelompokan filariasis umumnya dikategorikan menurut lokasi habitat cacing dewasa dalam tubuh manusia, yaitu filariasis kulit, limfatik, dan rongga tubuh. Parasit filaria masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi. Cacing tersebut akan tumbuh dewasa, bertahan hidup selama enam hingga delapan tahun, dan terus berkembang biak dalam jaringan limfa manusia.”ungkapnya.
“Infeksi ini umumnya dialami sejak masa kanak-kanak dan menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang tidak disadari sampai akhirnya terjadi pembengkakan yang parah dan menyakitkan. Pembengkakan tersebut kemudian dapat menyebabkan cacat permanen. Di Kabupaten Kendal sudah terdeteksi lebih 30 warga terkena Filaria/kaki gajah yang tersebar di 10 kecamatan,sedangkan di Desa Karangmulyo ini ada 3 pasien ,oleh karena itu kita melalukan survey ini. Jika hasil survei ini mendapatkan hasil 1 persen saja maka daerah ini menjadi daerah endemic filaria ”tambahnya.
Filariasis limfatik akut terbagi lagi dalam dua jenis, yaitu adenolimfangitis akut (ADL) dan limfangitis filaria akut (AFL). Jika mengidap ADL, pasien akan mengalami gejala demam, pembengkakan noda limfa atau kelenjar getah bening (limfadenopati), serta bagian tubuh yang terinfeksi akan terasa sakit, memerah, dan membengkak. ADL dapat kambuh lebih dari satu kali dalam setahun. Cairan yang menumpuk dapat memicu infeksi jamur pada kulit yang merusak kulit. Semakin sering kambuh, pembengkakan bisa semakin parah.
Sedangkan AFL yang disebabkan oleh cacing-cacing dewasa yang sekarat akan memicu gejala yang sedikit berbeda dengan ADL karena umumnya tidak disertai demam atau infeksi lain. Di samping itu, AFL dapat memicu gejala yang meliputi munculnya benjolan-benjolan kecil pada bagian tubuh, tempat cacing-cacing sekarat terkumpul (misalnya pada sistem getah bening atau dalam skrotum). Sementara jenis ketiga, yaitu kondisi kronis, akan menyebabkan limfedema atau penumpukan cairan yang menyebabkan pembengkakan pada kaki dan lengan. Penumpukan cairan dan infeksi-infeksi yang terjadi akibat lemahnya kekebalan tubuh akhirnya akan berujung pada kerusakan dan ketebalan lapisan kulit. Kondisi ini disebut sebagai elefantiasis.Selain itu, penumpukan cairan juga bisa berdampak pada rongga perut, testis pada penderita laki-laki dan payudara pada penderita wanita.
Untuk Filariasis limfatik akut terbagi lagi dalam dua jenis, yaitu adenolimfangitis akut (ADL) dan limfangitis filaria akut (AFL). Jika mengidap ADL, pasien akan mengalami gejala demam, pembengkakan noda limfa atau kelenjar getah bening (limfadenopati), serta bagian tubuh yang terinfeksi akan terasa sakit, memerah, dan membengkak. ADL dapat kambuh lebih dari satu kali dalam setahun. Cairan yang menumpuk dapat memicu infeksi jamur pada kulit yang merusak kulit. Semakin sering kambuh, pembengkakan bisa semakin parah.
Sedangkan AFL yang disebabkan oleh cacing-cacing dewasa yang sekarat akan memicu gejala yang sedikit berbeda dengan ADL karena umumnya tidak disertai demam atau infeksi lain. Di samping itu, AFL dapat memicu gejala yang meliputi munculnya benjolan-benjolan kecil pada bagian tubuh, tempat cacing-cacing sekarat terkumpul (misalnya pada sistem getah bening atau dalam skrotum).
Sementara jenis ketiga, yaitu kondisi kronis, akan menyebabkan limfedema atau penumpukan cairan yang menyebabkan pembengkakan pada kaki dan lengan. Penumpukan cairan dan infeksi-infeksi yang terjadi akibat lemahnya kekebalan tubuh akhirnya akan berujung pada kerusakan dan ketebalan lapisan kulit. Kondisi ini disebut sebagai elefantiasis. Selain itu, penumpukan cairan juga bisa berdampak pada rongga perut, testis pada penderita laki-laki dan payudara pada penderita wanita.
Proses diagnosis filariasis limfatik dapat dilakukan melalui tes darah dan tes urine. Kedua tes ini akan mendeteksi keberadaan parasit filaria dalam tubuh pasien. Tes darah akan dilakukan pada malam hari saat parasit aktif.
Jika positif terdiagnosis, dokter akan memberikan obat-obatan anti-filaria untuk menangani filariasis limfatik. Contoh obat yang umumnya digunakan adalah diethylcarbamazine (DEC). Kondisi kronis juga terkadang harus disertai dengan langkah penanganan lain yang meliputi: Operasi.melakukan olahraga ringan untuk bagian tubuh yang mengalami penumpukan cairan untuk memicu pengalirannya,membersihkan bagian yang bengkak dengan seksama tiap hari untuk mencegah infeksi,mensterilkan luka jika ada.
Langkah utama dalam untuk mencegah tertular filariasis adalah dengan menghindari gigitan nyamuk sebisa mungkin. Hal ini sangat penting untuk memaksimalisasi perlindungan terhadap gigitan nyamuk, dapat mengambil langkah-langkah sederhana yang meliputi: Mengenakan baju atau celana panjang,mengoleskan losion antinyamuk,tidur di dalam kelambu,membersihkan genangan air di sekitar lingkungan.
Tusiah(35) warga Karangmulyo “tadinya saya tidak tahu akan kegiatan ini, salah seorang petugas memberitahukan tentang penyakit kaki gajah,saya sekarang jadi mengerti dan akan menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan saya,saya merasa senang dengan survei ini,”katanya….(05a/hms).