Pawang barongan biasanya didominasi oleh kaum pria. Masih jarang dijumpai adanya pawang seni barongan dari kaum hawa. Mungkin karena seni pertunjukan barongan yang terkesan galak dan angker sehingga seni barongan tidak sedikit yang menyebut seni pertunjukan kaum adam.
Anggapan itu tidak sepenuhnya benar. Adalah Siti Maryam (43), ibu lima anak ini merupakan salah satu dari yang langka tersebut. Warga desa Purworejo Kecamatan Ringinarum ini sudah lima tahunan bergelut dengan seni barongan sebagai pawang.
Dirinya mengaku bahwa seni adalah bagian yang tak terpisahkan dalam hidupnya. "Saya sebenarnya berangkat dari seni tari. Hampir sebagian besar seni tari tradisional saya bisa. Namun sejak kecil saya sudah gandrung barongan, barongan itu bagi saya adalah seni tradisional yang menyenangkan dan menghibur", ungkapnya.
Siti Maryam di usianya yang sudah tidak muda lagi ini, kini sering hadir sebagai sosok perempuan penjinak para pemain barongan, dawangan, setanan atau penari kuda kepang yang sedang kerasukan.
Ketika ada pemain yang kesurupan dan tiba saatnya untuk dikembalikan kesadarannya, dengan sigap gemulai tangannya merangkul dan menempelkan telapak tangannya ke jidat pemain disertai mantera dan gerakan seolah membuang sesuatu dari jidat pemain, maka seketika itu pula pemain akan kembali sadar.
Kini Siti Maryam membantu dan bergabung dengan kelompok seni barongan "Sekar Aji" desa Kaliyoso Kecamatan Cepiring. "Kebetulan grup barongan Sekar Aji itu pimpinannya menantu saya, dan anak-anak saya juga menjadi pemain di Sekar Aji. Pokoknya saya dukung agar Sekar Aji menjadi lebih besar dan lebih terkenal", tuturnya bangga.
Menjadi pawang, bukan merupakan impiannya. Bahkan Siti Maryam mengaku bahwa dirinya semula tidak mengetahui kalau ternyata dirinya memiliki kemampuan untuk menjadi pawang. "Saya baru mengetahui kalau saya bisa menjadi pawang baru sekitar lima tahun yang lalu. Dan mulai saat itu, kemampuan saya ini saya gunakan untuk membantu menjadi pemain barongan yang sedang kerasukan", akunya.
Apakah Siti Maryam mempunyai aliran darah seni barongan dari orang tuanya atau dari saudaranya?. Dia mengaku bahwa sama sekali dalam garis keturunannya tidak ada yang menggeluti seni barongan. "Tidak ada keturunan mas, cuma memang saya ini sangat mencintai barongan", jelasnya.
Dia berharap Seni Barongan akan tetap lestari dan tetap digandrungi masyarakat. Dia merasa optimis bahwa harapannya tersebut bisa terwujud, karena dia melihat saat ini animo masyarakat masih tinggi terhadap barongan, dan kini sudah tidak sedikit kelompok-kelompok barongan yang pemain dan anggotanya terdiri dari anak-anak dan remaja. Pertanda seni barongan akan terus lestari (kris/hms)